Delights of Ramen

The Art of Ramen

Introduction to Ramen Culture in Japan

Ramen, a simple yet complex dish, holds a significant place within Japanese cuisine and culture. Its origins trace back to Chinese noodle soup, reaching Japan in the late 19th or early 20th century. Initially met with skepticism by the Japanese populace, ramen gradually captivated the nation, evolving into a cherished staple that transcends age and social status. The dish has since undergone a remarkable transformation, integrating local ingredients and cooking techniques that contributed to its unique Japanese identity.

Today, ramen is not just a meal; it is a phenomenon that reflects regional nuances across Japan. Different areas boast their own styles and flavors, such as tonkotsu from Fukuoka, characterized by its rich pork broth, or miso ramen from Hokkaido, known for its hearty flavor derived from fermented soybeans. Shoyu ramen, with its soy sauce base, and shio ramen, emphasizing a lighter salt-based broth, further illustrate the diversity within this beloved cuisine. Each regional variation illustrates how local tastes and ingredients can influence culinary traditions, creating a mosaic of flavors that exemplifies Japan's gastronomic landscape.

Furthermore, ramen shops, or "ramen-ya," play a pivotal role in the social fabric of Japan. These establishments are often casual venues, where communities come together to enjoy bowls of steaming noodles. The act of dining at a ramen shop is not merely about sustenance; it is an experience enriched by the atmosphere and often communal seating arrangements. Diners engage with each other over their bowls, fostering a sense of shared enjoyment. This culture reinforces the idea that ramen is best appreciated not just as a dish, but as a social ritual, a celebration of flavors and community in Japan.

Atlet selancar ombak Indonesia menguasai babak semifinal liga surfing dunia World Surf League (WSL) Qualifying Series (QS)1000.

Berlangsung di Pantai Amban, Manokwari, Papua Barat, Selasa, sebanyak delapan peselancar Indonesia mengamankan tempat di babak empat besar kategori putra dan putri.

Di kategori putra, I Made Ariyana akan berhadapan dengan I Made Mahendra, sementara Dhany Widianto berlomba dalam heat yang sama dengan Ketut Agus.

Di kategori putri, Jasmine Studer akan bertemu Dhea Novitasari, sementara Taina Izquierdo akan berkompetisi dengan Kailani Johnson.

WSL Manokwari Pro juga mempertandingkan kategori Pro Junior yang juga didominasi atlet selancar ombak Indonesia. Tujuh peselancar putra Indonesia lolos ke babak perempat final, menyisakan satu tempat bagi peselancar Jepang Sentaro Sakai.

Mereka adalah I Made Ariyana, Westen Hirst, Oscar Glossop, Kalani Ryan, I Made Mahendra, Theo Radcliffe, dan Dylan Wilcoxn.

Sementara itu, di kategori Pro Junior putri, tiga peselancar Indonesia menempati slot babak semifinal, yakni Jasmine Studer, Kya Heuer, dan Hanasuri Jabrik, menyisakan satu tempat bagi peselancar Inggris Imari Hearn.

Pelatih kepala selancar ombak Indonesia Arya Subyakto mengatakan dominasi atlet Indonesia membuka lebar peluang kemenangan peselancar tanah air di negeri sendiri.

Baca juga: Papua Barat-PSOI gelar kompetisi surfing internasional di Manokwari


"Dengan banyaknya atlet Indonesia yang datang di event ini tentunya saya berharap atlet Indonesia baik itu yang timnas inti dan junior maupun atlet Indonesia nontimnas bisa jadi juara di keempat nomor yang dipertandingkan," kata Arya kepada ANTARA melalui pesan instan.

Ini merupakan kali kedua WSL Manokwari Pro digelar. Manajer Tur WSL APAC Ty Soarti menjelaskan bahwa ajang tersebut penting bagi peselancar dalam mengumpulkan perolehan poin untuk dapat mencapai divisi liga selancar ombak dunia yang lebih tinggi, yakni Challenger Series 2025.

Tidak hanya itu, ajang tersebut juga menentukan perwakilan untuk wilayah Asia dalam kejuaraan dunia kategori junior WSL World Junior Championship.